Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Toko Buku Online

Kamis, 11 Maret 2010

ORIENTALISME DAN AWAL MULA STUDI ISLAM DI BARAT

E-mailPaysU

Oleh: Cipto Sembodo

Pengertian
Apakah yang dimaksud orientalisme, dan orientalisme hukum Islam? Soal devinisi inilah yang akan dibahas pada kesempatan kali ini. Ada beberapa kata turunan dari kata-kata ini, seperti orientalisme, nanti disebut paham, atau orientalist, yaitu orangnya.
Kata Orientalist, awalnya berasal dari bahasa Romawi, “Orient”, berarti “timur”. Dalam bahasa Inggris, timur adalah “East”, “Eastern” dan Easterner” (orang/bangsa-bangsa timur). Namun demikian, apa yang kemudian lebih dikenal dan tersebar luas sebagai “Orientalism” (paham, cara mempelajari soal-soal ketimuran) dalam bahasa Inggris ternyata berakar dari kata “Orient”(timur), “Oriental” (soal-soal ketimuran), “Orientalist” (subject yang mempelajari soal-soal ketimuran). Kata Oriented dan Orientation tampaknya masih terkait dengan kata-kata ini. Karena itu, dalam perkembangannya, kata Orientalism ini mengandung makna konotatif dan emosional. Padanan kata bahasa Arab untuk istilah Orientalisme adalah مستشرقون,الإستشراقية.

Orientalisme secara singkat dan mudahnya dapat didefinisikan sebagai suatu paham (termasuk di sini adalah cara pandang, pola berpikir atau kebiasaan orang-orang Barat (mula-mula orang-orang Eropa) terhadap soal-soal ketimuran dalam segala aspeknya. Inilah definisi yang diberikan oleh kebanyakan orang-orang Barat.

Sayangnya, seiring dengan bertemunya Islam dengan Barat, praktek-praktek berikutnya mereduksi apa yang disebut Dunia Timut itu. Timur yang semula menyeluruh, yaitu belahan bumi sebelah timur jika dilihat dari Eropa, lalu menyempit menjadi Arab/Islam. Ini sesuai dengan studi Edward Said di mana ia menemukan banyaknya catatan-catatan para pengembara Barat mengenai Islam. Maka, jika diamati isi (content) dari materi yang dipelajari atau wacana yang di-diskusikan lebih banyak membahas mengenai Islam dan bangsa-bangsa Arab/Muslim. Karenanya, Orientalisme, lebih tepat disebut suatu paham dan upaya orang-orang Barat untuk memahami dan mempelajari soal-soal Arab Islam dan bangsa-bangsa Muslim.

Sebagai suatu paham, orientalisme tidak-lah muncul secara tiba-tiba. Ia muncul secara perlahan sejalan dan tidak bisa dipisahkan dari sejarah kajian Islam oleh orang-orang Barat berikut proses-proses sulit dalam setiap tahap perkenalan yang dilaluinya. Tahap-tahap perkenalan dan studi Islam mereka inilah sesungguhnya yang menjadi latar belakang Orientalism sebagai suatu “paham”, cara pandang, kerangka berpikir atau konstruksi ilmiah realitas Timur-Islam yang diperoleh melalui pengalaman bertahap orang-orang Barat.

Awal Mula Islamic Studies di Barat

Menjelang kelahiran hingga awal perkembangannya, Islam di Barat belum dikenal sebagai sebuah agama. Pada masa ini, bagi mereka Islam hanyalah suatu ikatan kelompok atau suatu bangsa yang “menyerang” Barat-Kristen. Pandangan ini berasal dari gagasan teologis dan Kitab Suci mereka. Di sinilah muncul istilah Saracen(?) (Genesis 16: 1-16) dan juga Hagarism, sebagai sebutan untuk orang Islam. Informasi mitologi, teologi dan missioner ini memberikan rumusan utama bagi kaum gereja mengenai kaum Muslimin serta sebagai alasan utama untuk mengembangkan wacana resmi mengenai Islam.

Ketika Islam telah berkuasa secara politik, ekonomi maupun kultural, perkenalan Barat dengan Islam terjadi melalui perdebatan-perdebatan (munadzarah) di mimbar bebas dengan komunitas-komunitas dzimmi, meliputi Yahudi, Nasrani Timur dan komunitas agama lainnya. Sementara pihak menyebut nya sebagai Polemik Teologis, 800-1100 M.

Sayangnya, perluasan Islam yang diprakarsai Khulafa ar-Rasyidin abad ke-7 M, yang belum sepenuhnya masuk ke Eropa, dihentikan di Poltiers, Perancis pada 712 M oleh Charles Martel. Ini berakibat pada tidak adanya kontak langsung secara signifikan antara Islam dengan Eropa, sehingga selama empat (4) abad berikutnya sampai terjadinya perang salib bangsa Eropa tidak tahu banyak tentang Islam dan kaum Muslimin yang telah berkembang di Spanyol. Pandangan Eropa sampai abad pertengahan ini tetap saja bersumber dari kitab suci, informasi teologis, mitos dan legenda atau cerita-cerita miring soal Islam. Islam dianggap layaknya suku bangsa sebagaimana rumpun Jerman, Slavia, Magyar dan gerakan sempalan lain di Eropa yang mengancam Kerajaan Kristen.


Download artikel ini