Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Toko Buku Online

Kamis, 11 Maret 2010

Embrio dan Kelahiran Orientalisme

E-mailPaysU

Oleh: Cipto Sembodo

Corpus Cluny
Orientalisme memang tidak lahir dari ruang hampa. Sebaliknya orientalisme lahir dari suatu seajrah tertentu di Barat dalam hubungannya dengan Islam. Corpus Cluny dan Perang salib (1100-1500 M) menjadi sarana pertama berlangsungnya kontak langsung orang-orang Eropa dengan kaum Muslimin. Tetapi karena dalam situasi perang, maka kontak langsung ini sangat diwarnai kebencian dan permusuhan. Dari sinilah beredar luas dan ditemukan cerita-cerita salah dan negatif tentang Islam dan kaum Muslimin.

Kontak langsung Eropa-Islam juga dilakukan melalui kunjungan Peter Venerabilis (sekitar 1094-1156)1, Kepala Biara Pria Cluny di Perancis ke Spanyol pada 1142. Saat itulah ia memulai “proyek besar” studi Islam, dengan mempelajari dan menerjemahkan naskah-naskah Islam ke dalam bahasa Eropa. Salah satu hasilnya adalah Al-Qur’an terjemahan berbahasa Latin oleh Robert of Ketton (1143). Inilah benih-benih Orientalisme. Corpus (kumpulan naskah) Cluniac Peter Venerabilis beserta seluruh upaya studinya atas Islam sebagai “embrio orientalisme”.

Sejarah juga mencatat beberapa pastur Kristen Barat telah mengunjungi untuk belajar di pusat-pusat pendidikan Islam Andalusia, Spanyol, seperti Pastur Gerbert dari Perancis (sekitar 900-1000 M), Pierrele Aerene (1092), Gerard de Cremona (1114-1187). Juga Roger of Houteville datang ke Sicillia tahun 1060, Alvonso VI masuk Toledo pada 1085 dan Geoferry of Bouillon ke Jerusssalem tahun 1099.

Hingga menjelang dan berlangsungnya abad Reformasi di Eropa, 1500-1650, tidak ada perubahan signifikan pandangan orang Eropa terhadap Islam. Embrio orientalisme juga tidak mengalami perubahan bentuk apapun. Pada masa ini masih terjadi peperangan dan perebutan wilayah kekuasaan antara Islam-Turki Utsmani dengan Barat. Paling tidak hingga tahun 1529 dan 1683 Imperium Islam masih kuat dan mengancam Eropa Barat. Ketika Barat Kristen mengalami perubahan religius, politik dan intelektual, yaitu berpisahnya institusi gereja dan kaisar (Reformasi agama dan negara) para pembaru (Marthin Luther, Melancthon dkk) tidak banyak memberikan pengetahuan actual tentang Islam. Pada abad 16 M., berbagai edisi terjemahan Al-Qur’an dan teks-teks tentang Islam di Barat sangat bergantung pada korpus cluniac-nya Peter Venerabilis 4 (empat) abad sebelumnya. Klik-klik teologis juga masih mewarnai masa ini.

Lahirnya Orientalisme
Abad Pencerahan 1650-1800 adalah masa mulai bangkitnya Barat dan sebaliknya mundurnya Islam-Turki Utsmani vis a vis Eropa pada abad 18. Ada realitas politik baru di sini yaitu, perimbangan kekuatan yang bergeser menguntungkan Eropa. Berkembangnya navigasi dan ekspansi dagang Eropa ke luar Mediterania. Dua factor inilah yang membantu perubahan kesadaran Eropa atas Islam. Minat politik, ekonomi dan militer Eropa pada negeri-negeri Islam melampaui minat polemis gereja. Alasan Eropa mempelajari Islam tak lagi terbatas pada debat-debat teologis soal al-Qur’an, Nabi dan penaklukan Muslim masa awal.

Di pihak lain, pencerahan melahirkan paham yang mengakui bahwa bangsa lain berhak mempunyai agama sendiri. “Teori baru” ini menuntut metode baru dalam mengkaji Islam dan agama lainnya di luar polemik teologis, meski tidak menggantikannya. Di sinilah Islam mulai dipelajari di Universitas di Eropa. Didirikanlah College de France abad 16 (1539) di Perancis untuk studi Bahasa Arab, dan pada 1635 di ajarakan pula di Universiteit Leiden, Belanda. Ini menandai lahirnya apa yang kita kenal sekarang sebagai Orientalisme, meskipun istilah Orientalisme baru dipergunakan pada 1779 di Inggris, dan 1799 di Perancis. Baru pada 1838 istilah ini tercantum dalam Dictionnaire de l’Academie Francaiese (Maxim Rodinson). Sedangkan kongres internasional orientalis pertama pada 1873 di Paris, tahun 1951 berdiri Persatuan Orientalis Internasional. Sejak kongres di Moscow 1960 nama Persatuan Orientalis dirubah. Demikian juga nama kongres-nya juga berubah setelah kongres di Paris pada 1973.

Studi dengan paham dan model baru ini membawa pandangan yang lebih positif lagi terhadap Islam. Misalnya, Nabi diakui sebagai pemimpin yang genius dan gemilang memimpin umatnya, meski tetap tidak mengakui sebagai Nabi sejati.

Orientalisme di sini tidak lagi dominant sifat polemis-teologisnya, tetapi berganti warna politis., dengan semua conflict of interestnya tentunya Ini semakin nyata dengan diserbunya Mesir pada 1798 oleh Napoleon dengan seluruh sarjana yang dibawanya untuk mempelajari agama, peradaban dan segenap kekayaan Mesir.


Artikel terkait:
Orientalisme dan Awal Mula Studi Islam di Barat
Pengertian Orientalisme